Bag.11 Taman Gantung Seribu Bunga

Bag.11 Taman Gantung Seribu Bunga

Taman Gantung Seribu Bunga. Nama unik yang selalu menimbulkan pertanyaan.

Orang yang belum mengenalnya akan selalu mengungkapkan keheranan,

“Tempat apakah itu”…?

“Apa benar tempat itu menggantung di udara”…?

“Benarkah taman itu di hiasi ribuan bunga yang selalu bermekaran”…?

Bagi yang mengenalnya, akan meluncur ungkapan yang bernada kekaguman, seraya menunjuk 3 buah bukit yang terbayang dari arah barat kota Kalajang.

“Itulah tempat bercengkramanya para bidadari dari khayangan”..!!

Nada keheranan pun bersahutan,

“Ohh, itukah Taman Gantung Seribu Bunga”…

“Sepertinya tempat yang menarik”…

“Saya akan melihatnya”…

Begitulah ungkapan yang menggambarkan wujud dari Taman Gantung Seribu Bunga. Deretan 3 buah bukit yang letaknya sekitar 15 mil dari kota Kalajang. Puncak bukit yang di tumbuhi berbagai macam aneka jenis bunga, menimbulkan pancaran warna pelangi yang membuat mata terpesona.

Bagi para pelancong, Taman Gantung Seribu Bunga menjadi salah satu tempat pesiar di wilayah Kalajang. Dengan keindahan panorama alam yang mengagumkan, membuatnya selalu ramai dari pengunjung. Bahkan pihak penguasa wilayah Kalajang telah melengkapi Taman Gantung Seribu Bunga dengan sarana Penginapan dan restoran yang banyak tersebar di lereng bukit.

Tidaklah mengherankan jika Taman Gantung Seribu Bunga menjadi tempat paforit untuk berwisata sekaligus menenangkan pikiran. Bahkan tak jarang 3 bukit itu seringkali menjadi arena pertemuan sekelompok orang tertentu. Baik dari kalangan bangsawan, maupun kalangan rendah. Tidak terkecuali bagi kaum persilatan yang berdatangan di wilayah Kalajang.

Seperti siang itu, 5 ekor kuda terlihat berpacu memasuki wilayah Taman Gantung Seribu Bunga. Penunggangnya terdiri dari 3 orang pria dan 2 wanita. Perawakan dari ketiga pria itu terlihat kekar dengan wajah menarik. Sedangkan kedua gadis yang menyertai mereka cantik jelita dan menggiurkan. Pakaian mereka yang mentereng dan mewah menggambarkan latar belakang kalangan terpandang. Bahkan dari sikap mereka yang berbeda dengan kaum awam menunjukkan jika kelima orang itu tentunya merupakan kalangan pendekar.

Dengan wajah yang terlihat serius, kelima pendatang itu menggeprak kuda mereka ke arah bukit sisi tengah dari Taman Gantung Seribu Bunga. Saat mendaki lereng bukit, 2 orang berusia baya yang juga menunggang kuda segera menyambut mereka.

“Hormat kami pada tuan muda Pemegang Bendera”…ujar seorang penyambut dengan sedikit menundukkan kepalanya.

“Paman berdua tidak usah banyak adat, baik-baikkah kabar kalian”…? sahut seorang pria yang menunggang kuda terdepan.

“Keadaan kami tidak kurang satupun, terima kasih atas perhatian tuan muda Bendera Langit”..kata seorang penyambut lainnya.

Penunggang kuda yang di sebut sebagai Tuan Muda Bendera Langit terlihat menganggukkan kepalanya. Senyum hangat pun menghiasi wajahnya. Sosok yang bersahaja dan memiliki kewibawaan bagi yang melihatnya.

“Kami telah menyiapkan penginapan di lereng bukit tengah untuk mengasoh”…

“Bagaimana dengan adik berempat, apa kalian ingin berpesiar dulu”…? tanya tuan muda Bendera Langit pada keempat penunggang kuda lainnya.

“Setelah melakukan perjalanan jauh, tubuhku terasa pegal semua”..ujar sosok gadis yang berusia paling muda. Suaranya yang manja dan polos menunjukkan watak dari seorang gadis yang baru beranjak dewasa.

“Hahahha…nampakya adik ke lima tidak hanya letih, tapi perutnya juga sudah keruyukan”…sahut seorang pria yang berpostur tinggi tapi memiliki wajah yang ceria.

Ucapan itu kontan membuat kedua pipi gadis muda itu bersemu merah karena keinginan hatinya bisa di tebak.

“Adik ke empat, jangan mengolok adik ke lima, lihat pipinya sudah merah seperti kepiting rebus”..sambung pemuda lainnya yang berkulit gelap.

Serentak penunggang kuda lainnya memandang gadis muda itu.

“Ahhh..kakak pertama, mereka selalu saja mengolokku”…kata gadis muda itu merajuk pada tuan muda Bendera Langit.

Melihat sikap gadis muda itu, malah membuat pemuda berpostur tinggi dan berkulit hitam tertawa terbahak-bahak.

“Sudah, kalian jangan menggodanya terus”…sahut sosok gadis lainnya yang menunggang kuda di samping tuan muda Bendera Langit. Suaranya terdengar tajam bernada dingin. Siapa saja yang melihatnya akan menilai jika perempuan itu memiliki watak yang keras.

Kedua pemuda itupun serentak berhenti tertawa. Tapi mulut mereka masih saja mengeluarkan senyum geli.

Sedangkan tuan muda Bendera Langit yang melihat kelakuan ke empat adiknya itu hanya bisa tersenyum sumringah. Sebagai sosok di tuakan dan memiliki wawasan luas, tentunya ia sudah memahami setiap watak dari mereka.

“Bagusnya kita mengasoh di penginapan. Perutku juga sudah keroncongan”..sahut tuan muda Bendera Langit. Nada ucapannya biasa saja, tapi membawa banyak maksud. Bernilai ungkapan pembelaan sekaligus perintah secara halus.

“wee, kakak pertama saja merasa lapar, Apalagi aku”..suara gadis muda yang menempati urutan buncit sambil menunjukkan mimik muka setan pada pemuda berposur tinggi dan berkulit hitam.

“Silahkan tuan muda berlima ikut kami”…

2 berusia baya yang menyambut mereka kemudian melarikan kudanya ke lereng bukit. Kelima penunggang kuda lainnya mengikuti dengan langkah perlahan.

“Siapakah kelima penunggang kuda itu”..?

Mereka berlima tidak lain adalah pewaris dari 5 keluarga terhormat di wilayah selatan. Lima keluarga besar yang tergabung dalam Perkumpulan 5 Bendera.

Dari usianya, Bendera Langit yang merupakan tuan muda dari keluarga Langit, sekaligus putra dari ketua Perkumpulan 5 Bendera menempati urutan pertama. Usianya masih 30 tahun tapi kemampuan ilmu silatnya sangat lihay. Sikapnya yang sederhana tetapi sangat berwibawa menjadikannya sosok di segani oleh anggota Perkumpulan 5 Bendera. Baik dari kalangan tua maupun dari kalangan muda. Tidak terkecuali empat tuan muda dari keluarga lainnya. Memiliki wawasan luas, kemampuan memimpin yang tinggi dan tindak tanduknya penuh perhitungan.

Urutan kedua adalah pemuda yang perawakannya agak tinggi tapi memiliki wajah yang ceria, pewaris dari keluarga Bintang. Sosok pemuda yang supel tapi memiliki pikiran yang cermat dalam bertindak. Anggota perkumpulan lebih mengenalnya dengan sebutan tuan muda Bendera Bintang.

Urutan ke tiga di tempati gadis muda berwajah ayu tapi sedikit angkuh. Wataknya yang keras terwujud dari hidupnya yang disiplin. Gadis Ayu Bendera Bulan, setiap perkatannya tajam seperti mata pisau. Tidak pandang bulu dan kokoh seperti batu karang.

Sedangkan pemuda yang berkulit gelap adalah tuan muda Bendera Petir. Sosok pemuda yang humoris tapi berangasan. Usianya masih 20 tahunan tapi sangat mudah mengumbar amarahnya yang meledak-ledak. Wataknya sangat setia kawan, terlebih pada ke empat saudara angkatnya.

Yang paling buncit adalah gadis imut dari keluarga Awan. Perempuan yang baru berinjak dewasa. Wataknya polos dan manja. Kelembutannya sangat serasi dengan perawakannya yang cantik dan imut. Bukan saja menjadi sosok yang selalu mendapat perhatian lebih dari ke empat kakak angkatnya, tapi sangat di senangi oleh segenap anggota perkumpulan. Bahkan para sesepuh dari Perkumpulan 5 Bendera tidak pernah menolak permintaannya.

Di balik latar belakang mereka yang berasal dari sebuah perkumpulan besar dan menggetarkan rimba persilatan, kelima orang itu juga tidak memiliki nama yang kosong. Sikap dan tindak tanduk mereka yang selalu menjunjung tinggi jiwa kesatria juga di dukung oleh kemampuan ilmu silat yang lihay dan wawasan yang luas. Tidak mengherankan jika para petinggi perkumpulan mengangkat mereka sebagai Utusan Luar Perkumpulan 5 Bendera yang kedudukannya langsung berada di bawah perintah ketua dan 4 tetua perkumpulan. Kekuasaannya pun sangat besar dengan membawahi seluruh anggota perkumpulan yang berkeliaran di rimba persilatan.

Tidak lama berselang, kuda mereka pun berhenti di sebuah penginapan di lereng bukit tengah dari Taman Gantung Seribu Bunga. Sebuah penginapan yang tidak terlalu besar tapi cukup mampu menampung puluhan orang. Penginapannya terlihat menarik dengan bentuknya yang unik dan bersih. Penginapan 2 lantai yang bangunannya berbentuk tapal kuda. Sebuah restoran di sisi depan yang terlihat cukup ramai menjadi nilai tambah dari penginapan itu.

Restoran penginapan itu ruangannya cukup luas. Ada sekitar 15 meja yang terpajang di dalamnya. Sebagian besar sudah di tempati oleh berbagai pengunjung yang berasala dari macam kalangan. Tidak di pungkiri jika di antara mereka banyak terdapat pesilat yang memiliki kemampuan tinggi. Itu terlihat dari sinar mata dari beberapa pengunjung yang mencorong tajam tanda memiliki tenaga dalam yang sempurna. Hal ini tidaklah aneh, Taman Gantung Seribu Bunga memang selalu ramai oleh pengunjung yang ingin menikmati keindahannya. Hanya saja kelima pendekar muda dari Perkumpulan 5 Bendera itu menyadari jika pengunjung dari penginapan itu umumnya merupakan kaum pesilat. Kejadian yang cukup ganjil menurut mereka. Terutama bagi tuan muda Bendera Langit yang memiliki wawasan luas.

Kedatangan lima pendekar muda itu sendiri cukup menarik perhatian dari para pengunjung. Wajah mereka yang menarik dan berkarismatik membuat para pengunjung restoran memandang kagum. Banyak juga di antara mereka yang tercengir cabul dengan mata jelalatan saat melihat kecantikan dari Gadis Ayu Bendera Bulan dan Gadis Imut Bendera Awan. Tidak dapat di pungkiri hati setiap laki-laki akan tergetar jika melihat kemolekan dari kedua gadis muda itu.

Tuan muda Bendera Langit yang berjalan paling depan, memberikan isyarat pada kedua orang paruh baya yang menyambut mereka di bawah bukit untuk mengambil tempat tersendiri. Hal itu tentunya untuk menghindari perhatian berlebih dari orang lain. Tuan muda Bendera Langit menyadari jika kehadiran mereka tidak lolos dari beberapa pandangan tajam beberapa pengunjung.

Seorang pelayan restoran dengan langkah tergopo-gopo langsung menyambut mereka,

“Selamat datang tuan-tuan, mari,…mari,…silahkan menempati meja kosong di tengah ruangan”…ujar si pelayan dengan lagak melayani.

Kelima pendekar muda dari Perkumpulan 5 Bendera itu pun menempati meja kosong yang berada di bagian tengah ruangan restoran.

“Tuan-tuan mau memesan apa”…?

“Siapkan 5 porsi makanan yang enak dan 5 poci minuman hangat”..ucap Gadis Imut Bendera Awan yang terlihat lincah. Ke empat saudara angkatnya hanya tersenyum tipis melihat kelakuan gadis polos itu.

“Restoran kami memiliki 12 jenis hidangan yang sangat terkenal di taman gantung seribu bunga ini. Silahkan nona memilih sesuai selera”..

“Ya..ya…tidak perlu kami memilih, siapkan saja semua hidangan yang kalian miliki”…Gadis Imut Bendera Awan menanggapi perkataan si pelayan dengan kerlingan manja. Wajahnya yang imut tidak urung menimbulkan rasa simpatik dari para pengunjung restoran yang tertarik dengan kepolosan gadis muda itu.

Baik nona, segera kami siapkan…sahut pelayan itu mantap.

Tuan muda Bendera Bintang dan Bendera Petir tidak bisa menutup perasaan gelinya. Bila saja tempat itu tidak banyak pengunjungnya, mungkin kedua pemuda itu sudah tertawa terbahak-bahak. Bahkan Gadis Ayu Bendera Bulan sampai melototkan kedua matanya pada kedua saudara angkatnya itu.

Sedangkan gadis Imut Bendera Awan sendiri seolah tidak menghiraukan pandangan mata dari pengunjung restoran itu. Malah ia ikut cengar-cengir saat melihat kedua saudarannya terpingkal-pingkal. Tatapan matanya terus berputar mengamati setiap pengunjung yang ada dalam restoran itu. Bahkan dengan lagak sok kenal, ia membalas senyuman dari setiap pengunjung restoran yang memandangnya.

“Benar polos adikku ini”…batin tuan muda Bendera Langit yang ikut tersenyum geli.

 

2 thoughts on “Bag.11 Taman Gantung Seribu Bunga

~Semoga Postingannya Bermanfaat. Silahkan meninggalkan komentar walaupun hanya sepatah kata~